Monday, November 2, 2015

Kalimat Efektif

Kalimat Efektif

Kalimat berupa lisan dan tulisan akrab kita gunakan sehari-sehari. Efektifitas komunikasi yang kita lakukan bergantung pada kalimat-kalimat yang kita gunakan untuk menyampaikan gagasan dan pikiran. Kemampuan memilih kalimat yang baik akan meningkatkan efektifitas komunikasi tersebut. Bagaimana mengukur kalimat efektif dan bagaimana memilih kalimat yang akan kita gunakan? Berikut adalah paparannya.

A. Pengertian Kalimat Efektif
Menurut pendapat beberapa ahli, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur atau penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat pula (Finoza, 2008:172), sedangkan menurut Arifin dan Amran Tasai (2010:97), “Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis”. Dengan demikian, kalimat yang efektif mampu menggambarkan apa yang pembicara atau penulis pikirkan hingga menjadi gagasan-gagasan yang dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca.



B. Ciri Kalimat Efektif
Beberapa ciri kalimat efektif ialah sebagai berikut:
  • Kalimat efektif memiliki unsur yang penting, minimal menggunakan pola S P.
  • Pemilihan kata (diksi) yang digunakan tepat dan mudah dipahami.
  • Kalimat efektif menerapakan Ejaan yang disempurnakan.
  • Biasanya menggunakan struktur kalimat yang bervariasi.
  • Cenderung menggunakan kata yang hemat.
  • Memiliki satu kesatuan dan kesepadanan kalimat.
  • Kalimat efektif menyusun bentuk-bentuk bahasa yang sama atau biasa disebut kesejajaran (paralelism).
  • Tidak bermakna ganda dan memiliki penekanan pada ide pokok.

C. Syarat Kalimat Efektif
Terdapat enam syarat yang harus diperhatikan dalam menyusun kalimat efektif sebagai berikut:
  1. Kesatuan,
  2. Kepaduan (Koherensi),
  3. Keparalelan,
  4. Ketepatan,
  5. Kehematan, dan
  6. Kelogisan.

1. Kesatuan
Arifin dan Amran Tasai (2010:97) menyatakan bahwa kesatuan yaitu keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesatuan gagasan kalimat ini diperlihatkan oleh kesepadanan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Sedangkan Hikmat dan Nanik Solihati (2013:46) mengemukakan bahwa “Kesatuan yaitu setiap kalimat yang baik harus mengandung satu ide pokok dan harus memiliki keseimbangan yang harmonis antara pikiran serta struktur bahasa yang dipakai”.

Terdapat empat ciri yang mendeskripsikan kesatuan berikut:
a) Adanya subjek dan predikat yang jelas. Hindari menggunakan kata depan (di, ke, sebagai, dll) sebelum subjek. Contoh:
1. Di rumah adat para petua mendiskusikan masalah kejahatan yang terjadi. (Salah)
2. Para tetua adat mendiskusikan masalah kejahatan yang terjadi di rumah adat. (Benar)
Mencari predikat pada kalimat pertama lebih sulit dibanding pada kalimat kedua. Kalimat kedua memiliki subjek dan predikat yang jelas.

b) Tidak terdapat subjek ganda
Contoh:
1. Pembangunan jalan itu kami dibantu oleh warga desa. (Salah)
2. Dalam membangun jalan itu, kami dibantu oleh warga desa. (Benar)

c) Tidak menggunakan kata penghubung intrakalimat dalam kalimat tunggal. Contoh:
1. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama
2. Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.

d) Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang. Contoh:
1. Bahasa Indonesa yang berasal dari bahasa Melayu.(Salah)
2. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.(Benar)


2. Kepaduan (Koherensi)
Finoza (2008:173) mengemukakan “Koherensi adalah terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentukan kalimat”. Merupaka syarat dari kalimat efektif agar diharapakan nantinya setiap informasi yang diterima tidak terpecah-pecah.
Ciri-ciri yang ada pada koherensi ini adalah:
1. Koherensi yang rusak karena tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat. Contoh:
  • Ikan memakan adik tadi pagi (Salah)
  • Adik memakan ikan tadi pagi (Benar)
Koherensi yang rusak kerena menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita. Contoh:
  • Mereka membahas daripada kehendak rakyat. (Salah)
  • Mereka membahas kehendak rakyat. (Benar)

3. Keparalelan
Arifin dan Amran Tasai (2010:99) menyatakan bahwa “Keparalelan adalah kesamaan bentuk yang digunakan dalam kalimat itu”. Pendapat ini didukung oleh Hikmat dan Nani Solihati (2013:50) menyatakan “Paralisme adalah menempatkan gagasan yang sama penting dan sama fungsinya ke dalam suatu struktur atau konstruksi grametikal yang sama.” Jadi maksudnya adalah jika pada kata pertama berbentuk verba, maka kata kedua juga harus berbentuk verba. Contohnya:
  • Sang tutor menjelaskan, memaparkan, dan penerapan sebuah aplikasi pada para praktikan. (Salah)
  • Sang tutor menjelaskan, memaparkan, dan menerapkan sebuah aplikasi pada para praktikan. (Benar).

4. Ketepatan
Finoza (2008:174) menyatakan “Ketepatan adalah kesesuaian atau kecocokan pemakaian unsur-unsur yang membentuk suatu kalimat sehingga tercipta pengertian yang bulat dan pasti”.contohnya adalah dalam kesalahan dalam penggunaan tanda koma:
  • Sidik lupa bagaimana cara melukis, mengecat dan berjahitan. (Salah)
  • Sidik lupa bagaimana cara melukis, mengecat, dan menjahit.(Benar)

5. Kehematan
Finoza (2006:176) menyatakan “Kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu”. Hemat disini berarti tidak memakai kata-kata mubazir, tidak mengulang subjek, tidak menjamakkan kata yang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat kata, kalimat akan menjadi padat berisi. Contohnya adalah:
  • Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke pesta itu.
  • Presiden SBY menghadiri Rapin ABRI hari Senin
  • Dia hanya membawa badannya saja
  • Para tamu-tamu
Perbaikannya adalah:
  • Karen tidak diundang, dia tidak datang ke pesta itu.
  • Presiden SBY menghadiri rapat ABRI Senin itu.
  • Dia membawa badannya saja/ Dia hanya membawa badannya.
  • Para tamu/ Tamu-tamu.

6. Kelogisan
Arifin dan Amran Tasai (2010:106) menyatakan “Kelogisan adalah ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku”. Pendapat ini juga didukung oleh Hikmat dan Nani Solihati (2013:50) menyatakan bahwa logika adalah suatu proses berpikir yang berusaha untuk menghubungkan fakta-fakta menuju kepada suatu kesimpulan yang masuk akal.
Contohnya:
  • Waktu dan tempat kami persilahkan. (Salah)
  • Bapak dosen kami persilahkan. (Benar)



Referensi:

Arifin, Imam Khoirul. Kemampuan Siswa Dalam Menggunakan Kalimat Efektif Pada Karangan Narasi Sekolah Dasar Negeri 15 Air Saleh Kabupaten Banyuasin. http://eprints.binadarma.ac.id/1965/, Diakses tanggal 3 November 2015.

Husna, Hayatul Ridha. 2015. Kalimat Efektif. https://ridhahhusna.wordpress.com/2015/10/31/kalimat-efektif/. Diakses tanggal 3 November 2015.

Kelasindonesia. 2015. Pengertian Kalimata Efektif Beserta Contohnya. http://www.kelasindonesia.com/2015/02/pengertian-kalimat-efektif-adalah-beserta-contoh-lengkap.html, Diakses tanggal 3 November 2015.

Wahyu. Membetulkan dan Mengektifikan Kata. Staff Gunadarma. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:Zozk7z-qQskJ:t_wahyu.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4765/BAB5.htm+&cd=21&hl=en&ct=clnk&gl=id, Diakses tanggal 3 November 2015.

Resmini, Novi. Kalimat Efektif. http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196711031993032-NOVI_RESMINI/KALIMAT_EFEKTIF.pdf, Diakses tanggal 3 November 2015.

No comments:

Post a Comment