Monday, November 23, 2015
Tuesday, November 17, 2015
Kerangka Karangan
Oleh:
Ardian Pramana
Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami (wikipedia.org). Setiap menulis karangan tentunya harus memperhatikan dahulu bagaimana kerangka yang harus dibentuk. Kerangka adalah suatu rencana yang memuat garis-garis besar dari suatu susunan yang akan dibuat dan berisi rangkaian ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.
Jika hendak menulis karangan, maka haruslah ada kerangka karangannya. Kerangka karangan adalah suatu suatu rencana atau rancangan yang memuat garis besar atau ide suatu karya tulis yang disusun dengan sistematis dan terstruktur. Tanpa adanya kerangka karangan ini, tentunya sebuah paragraf yang dihasilkan tidak memiliki struktur yang rapih dan bacaanya mengembang ke mana-mana.
1. Manfaat Kerangka Kerangan
Kerangka karangan yang sudah dibentu sedemikian rupa tentu saja memiliki keuntungan dalam pembentukan karangan tersebut, di antaranya:
(1) Memudahkan penulisan sebuah karya tulis agar menjadi lebih sistematis dan rapih,
(2) Mencegah penulis keluar dari ide awal yang akan dibahas dalam suatu karangan yang akan digarap,
(3) Mencegah penulis membahas suatu ide atau topik bahasan yang sudah dibahas sebelumnya, (4) Untuk memudahkan penulis mencari informasi pendukung suatu karangan yang berupa data atau fakta, dan
(5) Membantu penulis mengembangkan ide-ide yang akan ditulis di dalam suatu karangan agar karangan menjadi lebih variatif dan menarik.
Dapat disimpulkan, dengan adanya kerangka karangan, penulis dapat dengan mudah menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Sehingga pembaca terpikat terus-menerus untuk membaca dan melanjutkan pada halaman berikutnya.
2. Langkah Penyusunan Kerangka Karangan
Dalam penulisan karangan, penulis akan terus berusaha bagaimana karangan yang dia tulis sempurna dan dapat dipahami maksud oleh sang pembaca. Oleh karena itu, ada beberapa langkah/ taktik yang mesti diterapkan oleh penulis, terutama penulis awam. Adapun itu sebagai berikut:
a. Merumuskan tema dan menentukan judul suatu karangan
Penentuan tema adalah hal yang paling mendasar dalam pembentukan karangan. Karena dari tema inilah karangan itu akan berkembang. Usahakan dalam pemilihan tema yang menarik agar pembaca tertarik membacanya. Setelah tema dipaskan, maka tak kan sukar memilih judul karangan tersebut. Usahakan judul juga menarik.
b. Mengumpulkan bahan
Setelah mendapatkan tema, yang harus dilakukan adalah mengumpulkan bahan pendukung yang berupa topik-topik yang berhubungan dengan tema untuk dikembangkan menjadi sebuah karangan. Topik-topik tersebut antara lain, pengertian, tujuan, jenis, contoh, dan lain-lain.
c. Menyeleksi bahan
Hindari membahas topik yang tida penting pada karangan tersebut. Jangan mengulang hal yang sama pada paragraph yang sama.
d. Mengembangkan kerangka karangan
Jika sudah mendapatkan tema, judul dan topik, buatlah karangan yang utuh dengan cara mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat. Perluas topik-topik yang telah ditentukan pada kerangka dan usahakan jangan membahas topik yang tidak ada di dalam kerangka karangan.
3. Pola Penyusunan Kerangka Karangan
Pola susunan yang paling utama adalah pola alamiah dan pola logis. Pola alamiah dan suatu kerangka karangan biasanya dida- sarkan atas urutan-urutan kejadian, atau urutan-urutan tempatatau ruang. Sebaliknya pola logis walaupun masih ada sentuhan dengan keadaan yang nyata, tetapi lebih dipengaruhi oleh jalan pikiran manusia yang menghadapi persoalan yang tengah digarap itu.
a. Pola Alamiah
Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Sebab itu susunan alamiah itu didasarkan pada ketiga (atau keempat) dimensi dalam kehidupan manusia: atas – bawah, melintang – menyeberang, sekarang – nanti, dulu – sekarang, timur – barat, dan sebagainya.
b. Urutan waktu (Kronologis)
Urutan waktu atau urutan kronologis adalah urutan yang didasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian.
c. Urutan waktu (Spasial)
Urutan ruang atau urutan spasial menjadi landasan yang pal¬ing penting, bila topik yang diuraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat.
d. Topik yang Ada
Suatu pola peralihan yang dapat dimasukkan daiam pola alamiah adaiah urutan berdasarkan topik yang ada. Suatu barang, hal, atau peristiwa sudah dikenal dengan bagian-bagian tertentu. Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian-bagian itu harus dijelaskan berturut-turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian-bagiannya itu.
e. Pola Logis
Susunan atau pola logis adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan kemampuan dalam menganalisa dan menghubungkan kejadian-kejadian di sekitar dengan akal budinya. Macam-macam urutan logis adalah:
f. Urutan Klimaks dan Anti Klimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol. Urutan yang merupakan kebalikan dan klimaks adalah anti klimaks. Penulis mulai suatu yang paling penting dari suatu rangkaian dan berangsur-angsur menuju kepada suatu topik yang paling rendah kedudukan atau kepentingannya.
g. Urutan Kausal
Urutan kausal mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat, dan urutan akibatke sebab, Pada pola yang pertama suatu masalah dianggap sebagai sebab, yang kemudian dilanjutkan dengan perincian-perincian yang menelusuri akibat-akibat yang mungkin teijadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan-persoalan yang dihadapi umat manusia pada umumnya.
h. Urutan Pemecahan Masalah
Urutan pemecahan masalah dimulai dari suatu masalah te;ientu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut. Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, kedua, analisa mengenai sebab-sebab atau akibat- akibat dari persoalan, dan akhirnya aiternatif-alternatif untukjalan keluardari masalah yang dihadapi tersebut.
i. Urutan Umum – Khusus
Urutan ini menerangkan dari hal yang bersifat umum ke pada yang khusus pun sebaliknya.
j. Urutan Familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah dikenal, kemudian berangsur-angsur pindah kepada hal-hal yang kurang dikenal. Secara logis memang agak ganjil jika pengarang mulai menguraikan sesuatu yang tidak dikenalnya atau yang tidak dikenal pembaca.
k. Urutan Akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal yang sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan diterima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat disetujui atau tidak oleh para pembaca.
Sebab itu sebelum menguraikan gagas- an-gagasan yang mungkin ditolak oleh pembaca, penulis harus mengemukakan gagasan-gagasan yang kiranya dapat diterima oleh pembaca; dan sekaligus gagasan-gagasan itu menjadi landasan pula bagi gagasan yang mungkin akan ditolak itu.
Jika hendak menulis karangan, maka haruslah ada kerangka karangannya. Kerangka karangan adalah suatu suatu rencana atau rancangan yang memuat garis besar atau ide suatu karya tulis yang disusun dengan sistematis dan terstruktur. Tanpa adanya kerangka karangan ini, tentunya sebuah paragraf yang dihasilkan tidak memiliki struktur yang rapih dan bacaanya mengembang ke mana-mana.
1. Manfaat Kerangka Kerangan
Kerangka karangan yang sudah dibentu sedemikian rupa tentu saja memiliki keuntungan dalam pembentukan karangan tersebut, di antaranya:
(1) Memudahkan penulisan sebuah karya tulis agar menjadi lebih sistematis dan rapih,
(2) Mencegah penulis keluar dari ide awal yang akan dibahas dalam suatu karangan yang akan digarap,
(3) Mencegah penulis membahas suatu ide atau topik bahasan yang sudah dibahas sebelumnya, (4) Untuk memudahkan penulis mencari informasi pendukung suatu karangan yang berupa data atau fakta, dan
(5) Membantu penulis mengembangkan ide-ide yang akan ditulis di dalam suatu karangan agar karangan menjadi lebih variatif dan menarik.
Dapat disimpulkan, dengan adanya kerangka karangan, penulis dapat dengan mudah menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Sehingga pembaca terpikat terus-menerus untuk membaca dan melanjutkan pada halaman berikutnya.
2. Langkah Penyusunan Kerangka Karangan
Dalam penulisan karangan, penulis akan terus berusaha bagaimana karangan yang dia tulis sempurna dan dapat dipahami maksud oleh sang pembaca. Oleh karena itu, ada beberapa langkah/ taktik yang mesti diterapkan oleh penulis, terutama penulis awam. Adapun itu sebagai berikut:
a. Merumuskan tema dan menentukan judul suatu karangan
Penentuan tema adalah hal yang paling mendasar dalam pembentukan karangan. Karena dari tema inilah karangan itu akan berkembang. Usahakan dalam pemilihan tema yang menarik agar pembaca tertarik membacanya. Setelah tema dipaskan, maka tak kan sukar memilih judul karangan tersebut. Usahakan judul juga menarik.
b. Mengumpulkan bahan
Setelah mendapatkan tema, yang harus dilakukan adalah mengumpulkan bahan pendukung yang berupa topik-topik yang berhubungan dengan tema untuk dikembangkan menjadi sebuah karangan. Topik-topik tersebut antara lain, pengertian, tujuan, jenis, contoh, dan lain-lain.
c. Menyeleksi bahan
Hindari membahas topik yang tida penting pada karangan tersebut. Jangan mengulang hal yang sama pada paragraph yang sama.
d. Mengembangkan kerangka karangan
Jika sudah mendapatkan tema, judul dan topik, buatlah karangan yang utuh dengan cara mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat. Perluas topik-topik yang telah ditentukan pada kerangka dan usahakan jangan membahas topik yang tidak ada di dalam kerangka karangan.
3. Pola Penyusunan Kerangka Karangan
Pola susunan yang paling utama adalah pola alamiah dan pola logis. Pola alamiah dan suatu kerangka karangan biasanya dida- sarkan atas urutan-urutan kejadian, atau urutan-urutan tempatatau ruang. Sebaliknya pola logis walaupun masih ada sentuhan dengan keadaan yang nyata, tetapi lebih dipengaruhi oleh jalan pikiran manusia yang menghadapi persoalan yang tengah digarap itu.
a. Pola Alamiah
Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Sebab itu susunan alamiah itu didasarkan pada ketiga (atau keempat) dimensi dalam kehidupan manusia: atas – bawah, melintang – menyeberang, sekarang – nanti, dulu – sekarang, timur – barat, dan sebagainya.
b. Urutan waktu (Kronologis)
Urutan waktu atau urutan kronologis adalah urutan yang didasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian.
c. Urutan waktu (Spasial)
Urutan ruang atau urutan spasial menjadi landasan yang pal¬ing penting, bila topik yang diuraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat.
d. Topik yang Ada
Suatu pola peralihan yang dapat dimasukkan daiam pola alamiah adaiah urutan berdasarkan topik yang ada. Suatu barang, hal, atau peristiwa sudah dikenal dengan bagian-bagian tertentu. Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian-bagian itu harus dijelaskan berturut-turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian-bagiannya itu.
e. Pola Logis
Susunan atau pola logis adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan kemampuan dalam menganalisa dan menghubungkan kejadian-kejadian di sekitar dengan akal budinya. Macam-macam urutan logis adalah:
f. Urutan Klimaks dan Anti Klimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol. Urutan yang merupakan kebalikan dan klimaks adalah anti klimaks. Penulis mulai suatu yang paling penting dari suatu rangkaian dan berangsur-angsur menuju kepada suatu topik yang paling rendah kedudukan atau kepentingannya.
g. Urutan Kausal
Urutan kausal mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat, dan urutan akibatke sebab, Pada pola yang pertama suatu masalah dianggap sebagai sebab, yang kemudian dilanjutkan dengan perincian-perincian yang menelusuri akibat-akibat yang mungkin teijadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan-persoalan yang dihadapi umat manusia pada umumnya.
h. Urutan Pemecahan Masalah
Urutan pemecahan masalah dimulai dari suatu masalah te;ientu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut. Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, kedua, analisa mengenai sebab-sebab atau akibat- akibat dari persoalan, dan akhirnya aiternatif-alternatif untukjalan keluardari masalah yang dihadapi tersebut.
i. Urutan Umum – Khusus
Urutan ini menerangkan dari hal yang bersifat umum ke pada yang khusus pun sebaliknya.
j. Urutan Familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah dikenal, kemudian berangsur-angsur pindah kepada hal-hal yang kurang dikenal. Secara logis memang agak ganjil jika pengarang mulai menguraikan sesuatu yang tidak dikenalnya atau yang tidak dikenal pembaca.
k. Urutan Akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal yang sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan diterima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat disetujui atau tidak oleh para pembaca.
Sebab itu sebelum menguraikan gagas- an-gagasan yang mungkin ditolak oleh pembaca, penulis harus mengemukakan gagasan-gagasan yang kiranya dapat diterima oleh pembaca; dan sekaligus gagasan-gagasan itu menjadi landasan pula bagi gagasan yang mungkin akan ditolak itu.
Monday, November 9, 2015
Alinea
Oleh:
Ardian Pramana
Alinea atau paragraf berasal dari bahasa Yunani yaitu paragraphos yang artinya "menulis di samping” atau “tertulis di samping”. Awal paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Sedangkan menurut KBBI, ali·nea /alinĂ©a/ n bagian wacana yang mengungkapkan satu pikiran yang lengkap atau satu tema yang dalam ragam tulis ditandai oleh baris pertama yang menjorok ke dalam atau jarak spasi yang lebih.
Paragraf terdiri dari beberapa kalimat yang membahas topik yang sama. Topik paragraf adalah pikiran utama sebuah paragraf tersebut. Pikiran utama itulah yang menjadi topik persoalan atau pokok pembicaraan. Oleh sebab itu, pikiran utama disebut pula gagasan pokok.
Syarat-syarat Alinea/ Paragraf
Agar tercipta paragraf yang baik, maka ada empat persyaratan yang diperlukan yaitu kelengkapan unsur, kesatuan, keruntutan, dan koherensi (McCrimmon, 1963:69; Budiyono, 2008:106). Keempat unsur itu, secara rinci dijelaskan pada berikut ini:
1. Kelengkapan Unsur
Wahab dan Lestari (1999:31) menjelaskan bahwa paragraf yang baik berisi unsur-unsur yang diperlukan untuk mengungkapkan satu pikiran yang lengkap. Unsur-unsur yang diperlukan dalam setiap paragraf ialah (1) kalimat topik, (2) kalimat-kalimat penunjang, dan (3) kalimat penyimpul.
a. Kesatuan
Suatu paragraf dikatakan utuh apabila dalam paragraf itu terdapat hanya satu ide pokok (McCrimmon,1963:74; Wahab dan Lestari, 1999:36; Syafi’ie, 1988:151). Semua kalimat yang ada paragraf memiliki ide pokok yang sama. Maka apabila satu atau dua kalimat menyimpang dengan ide pokok, dapat dikatakan paragraf tersebut tidak memiliki kesatuan atau keutuhan.
b. Keruntutan
Paragraf dikatakan runtut apabila ide-ide yang diungkapkan dalam paragraf tersebut tersusun secara runtut atau urut dan sistematis, sehingga tidak ada ide yang melompat-lompat. Adanya penyajian ide-ide secara urut dan sistematis akan memudahkan pembaca memahami pesan-pesan yang hendak disampaikan dalam paragraf tersebut (Lorch, 1984).
c. Koherensi
Menurut McCrimmon (1963:82), paragraf yang koheren adalah paragraf yang kalimat-kalimatnya terjalin secara erat. Dengan demikian, semua kalimat yang ada pada suatu paragraf harus saling berkaitan dan saling mendukung. Untuk menghasilkan paragraf yang koheren, maka ada beberapa langkah yang perlu diterapkan:
1. Menggunakan penanda hubungan eksplisit, yaitu dengan piranti kohesi yang dapat berupa kata ganti, sinonim, pengulangan, atau yang lainnya.
2. Menyatakan paragraf koheren secara implisit, yaitu dengan menggunakan hubungan logis.
Syarat kepaduan di dalam suatu paragraf terpenuhi dengan menggunakan konjungsi sehingga kalimat – kalimat tersebut menjadi saling berkaitan. Ada dua macam konjungsi, yang pertama ialah konjungsi intrakalimat, yaitu konjungsi yang menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat. Kedua, konjungsi antar kalimat, yang mana menghubungkan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya.
2. Unsur-unsur Alinea
Berikut adalah unsur-unsur yang membangun adanya paragraf, yaitu:
a. Topik/ Gagasan Utama
Topik atau gagasan utama adalah unsur yang paling penting karena unsur ini lah yang menjadi jiwa dari sebuah paragraf tersebut. Sebelum merangkai paragrafmaka temukan terlebih dahulu topik yang akan disampaikan.
b. Kalimat Utama
Kalimat ini adalah kalimat yang mengandung gagasan utama yang diletakan secara tersirat. Terdapat tiga jenis paragraf berdasarkan letak kalimat utamanya,yaitu : (1) Paragraf Induktif : Kalimat utama terletak di akhir kalimat, (2) Paragraf Deduktif: Kalimat utama terletak di awal paragraf,dan (3) Paragraf Ineratif: Kalimat utama terletak di tengah paragraf.
c. Kalimat Penjelas/ Kalimat Pendukung
Pengertian kalimat penjelas adalah kalimat kalimat yang menjelaskan kalimat utama. Kalimat kalimat penjelas dalam sebuah paragraf seharusnya memiliki kesatuan antara satu dengan yang lain yaitu seluruh kalimat tersebut dapat menyusun sebuah paragraf secara bersama sama menyatakan ide pokok yang diusung.
d. Transisi
Setiap kalimat menggunakan transisi atau konjungsi agar paragraf yang dibentuk padu dan utuh. Konjungsi intrakalimat contohnya: “dan”, “tetapi”, “karena”, dan lain-lain. Sedangkan konjungsi antar kalimat contohnya: “lagi pula”, ‘oleh karena itu”, “di samping itu”, dan lain-lain.
e. Penegas
Unsur ini tidaklah begitu penting dalam pembentukan paragraf. Tetapi dapat berfungsi untuk menambah daya tarik pada paragraf, menghindari kebosanan saat membaca, dan menjadi penegas pada kalimat utama.
3. Macam-macam Alinea
A. Berdasarkan jenisnya
a. Narasi
Merupakan paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. Ciri-cirinya: ada kejadian, ada pelaku, dan ada waktu kejadian. Karangan ini membentuk alur cerita karena banyaknya rangkain peristiwa yang susul-menyusul. Contoh:
Aku tidak tahu apa kabar dua rombongan lain, mungkin mereka sudah menembak banyak babi. Kami terus bergerak masuk ke dalam rimba. Pohon semakin besar dan tinggi. Aku tidak tahu kapan perburuan ini akan berakhir. Kami sempat beristirahat pukul tujuh malam, memakan roti yang dibawa.
b. Deksripsi
Merupakan karangan yang berisi gambaran mengenai suatu hal / keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut. Contoh:
Hampir semua pelosok Mentawai indah. Di empat kecamatan masih terdapat hutan yang masih perawan. Hutan ini menyimpan ratusan jenis flora dan fauna. Hutan Mentawai juga menyimpan anggrek aneka jenis dan fauna yang hanya terdapat di Mentawai. Siamang kerdil, lutung Mentawai dan beruk Simakobu adalah contoh primata yang menarik untuk bahan penelitian dan objek wisata.
c. Eksposisi
Merupakan paragraf yang menginformasikan suatu teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga orang yang membacanya akan bertambah wawasannya. Contohnya:
Pada dasarnya pekerjaan akuntan mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan auditing. Dalam bidang akuntasi, pekerjan akuntan berupa pengolahan data untuk menghasilkan informasi keuangan, juga perencanaan sistem informasi akuntansi yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan. Dalam bidang auditing pekerjaan akuntan berupa pemeriksaan laporan keuangan secara objektif untuk menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan tersebut.
d. Argumentasi : Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta sebagai alasan/ bukti. Contoh:
Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa kepahlawanan. Pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang.
e. Persuasi : paragraf yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca agar melakukan sesuatu. Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu. Contoh:
Salah satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi makanan yang bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu istirahat yang cukup, tidak merokok, dan rutin berolah raga.
B. Berdasarkan Letak Kalimat Utamanya
Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas.
Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik. Paragraf induktif dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu generalisasi, analogi, dan kausalitas.
Paragraf campuran ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal dan akhir paragraph. Kalimat utama yang terletak diakhir merupakan kalimat yang bersifat penegasan kembali.
Paragraf Ineratif adalah paragraf yang mengemukakan penjelasan-penjelasan yang kalimat topiknya terletak pada bagian tengah paragraf.
Referensi
Budiyono, Herman. Juli 2012. “Mengembangkan Paragraf Sesuai Fungsi Dan Posisi Dalam Rangka Menulis Sebuah Tulisan Esai”. Pena Vol. 2. No. 2. dari http://online-journal.unja.ac.id/index.php/pena/article/download/1430/925, diakses pukul 10:22 WIB,8 November 2015.
KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dari http://kbbi.web.id/alinea, diakses pukul 10:18 WIB, 8 November 2015.
Kelas Indonesia. Mei 2015. Syarat-syarat Paragraf yang Baik dan Contohnya. dari http://www.kelasindonesia.com/2015/05/syarat-syarat-paragraf-yang-baik-dan-contohnya.html, diakses pukul 10:20, 8 November 2015
Kelas Indonesia. Mei 2015. Macam-macam Unsur-unsur Paragraf Lengkap. http://www.kelasindonesia.com/2015/05/macam-macam-unsur-unsur-paragraf-lengkap.html, diakses pukul 10:29 WIB, 8 November 2015.
Learn Is Easy. September 2015. Pengertian Paragraf dam Unsur-unsur Paragraf. Dari http://learniseasy.com/2015/09/pengertian-paragraf-dan-unsur-unsur-paragraf.html, diakses pukul 11:32 WIB, 8 November 2015.
Paragraf dan Unsur-unsurnya. http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/465/jbptunikompp-gdl-cecesobarn-23242-13-pertemua-3.pdf, diakses pukul 8:23 W.IB, 9 November 2015
Syakuro, Abdan. Januari 2015. Macam-macam Paragraf Beserta Contohnya. Dari http://www.mediapustaka.com/2015/01/belajar-menuliskan-macam-macam-paragraf.html, diakses pukul 8:28 WIB, 8 November 2015.
Wikipedia. 21 Mei 2015. Paragraf. Dari https://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf, diakses pukul 8:19 WIB, 9 November 2015.
Monday, November 2, 2015
Kalimat Efektif
Oleh:
Ardian Pramana
Kalimat Efektif
Kalimat berupa lisan dan tulisan akrab kita gunakan sehari-sehari. Efektifitas komunikasi yang kita lakukan bergantung pada kalimat-kalimat yang kita gunakan untuk menyampaikan gagasan dan pikiran. Kemampuan memilih kalimat yang baik akan meningkatkan efektifitas komunikasi tersebut. Bagaimana mengukur kalimat efektif dan bagaimana memilih kalimat yang akan kita gunakan? Berikut adalah paparannya.
A. Pengertian Kalimat Efektif
Menurut pendapat beberapa ahli, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur atau penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat pula (Finoza, 2008:172), sedangkan menurut Arifin dan Amran Tasai (2010:97), “Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis”. Dengan demikian, kalimat yang efektif mampu menggambarkan apa yang pembicara atau penulis pikirkan hingga menjadi gagasan-gagasan yang dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Kalimat berupa lisan dan tulisan akrab kita gunakan sehari-sehari. Efektifitas komunikasi yang kita lakukan bergantung pada kalimat-kalimat yang kita gunakan untuk menyampaikan gagasan dan pikiran. Kemampuan memilih kalimat yang baik akan meningkatkan efektifitas komunikasi tersebut. Bagaimana mengukur kalimat efektif dan bagaimana memilih kalimat yang akan kita gunakan? Berikut adalah paparannya.
A. Pengertian Kalimat Efektif
Menurut pendapat beberapa ahli, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur atau penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat pula (Finoza, 2008:172), sedangkan menurut Arifin dan Amran Tasai (2010:97), “Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis”. Dengan demikian, kalimat yang efektif mampu menggambarkan apa yang pembicara atau penulis pikirkan hingga menjadi gagasan-gagasan yang dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Subscribe to:
Posts (Atom)