Sunday, October 13, 2013

BAB II : Penduduk Masyarakat dan Kebudayaan


BAB II

PENDUDUK MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN





Pertumbuhan Penduduk

A. Pertumbuhan Penduduk Dunia

Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu. Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor yang penting dalam masalah sosial ekonomi umumnya dan masalah penduduk
khususnya.

Menurut Carl Hub (1999: World Population Data Sheet) bahwa 98% peningkatan jumlah penduduk dunia terjadi di negara-negara berkembang. Tingkat kelahiran di negara berkembang dan kurang maju umumnya masih tinggi dan peningkatan jumlah penduduk cukup dramatis. Misalnya, pada awal abad XXI Afrika mengalami pertumbuhan sebesar 34%. Tahun 1999 jumlah penduduk Afrika mengalami peningkatan 13%. Sebaliknya, sejumlah negara maju justru mengalami penyusutan atau penurunan jumlah penduduk. Negara-negara maju telah mampu menekan angka-angka kelahiran penduduk hingga kurang dari 1%.


Tabel Pertumbuhan Penduduk
Tahun Jumlah Penduduk Perkembangan Pertahun
1830 1 Milyard -
1930 2 Milyard 1 %
1960 3 Milyard 1.7 %
1975 4 Milyard 2.2 %
1987 5 Milyard 2 %
1996 6 Milyard 2 %
2006 7 Milyard 2 %
Sumber : Iskandar , Does Sampurno Masalah Pertambahan Penduduk di Indonesia

Berdasarkan tabel tersebut, pertumbuhan penduduk dunia cenderung terus bertambah. Menurut situs worldometers.info, penduduk dunia pada tahun 2013 ini sudah mencapai kisaran 7 miliar, jumlah ini terus bertambah.


B. Penggandaan Penduduk Dunia

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pertumbuhan penduduk semakin cepat. Begitu pun dengan penggandaan penduduk yang jangka waktunya makin singkat. Cepatnya pertambahan penduduk tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel Penggandaan Penduduk
Tahun Penggandaan Perkiraan Jumlah Penduduk Waktu
800 SM 5 Juta -
1650 500 Juta 1500
1830 1 Milyard 180
1930 2 Milyard 100
1975 4 Milyard 45


Dari tabel tersebut, dapat kita amati dalam jangka waktu 180 tahun antara tahun 1650-1830 penggandaan penduduk menjadi dua kali jumlah semula. Kemudian pada tahun 1830-1930 penggandaan penduduk menjadi dua kali dari jumlah semula (2 milyar) dalam kurun waktu hanya 100 tahun. Kemudian di tahun 1930-1975 jumlah penduduk bertambah dua kali lipatnya menjadi 4 milyar hanya dalam kurun waktu 45 tahun. Dapat disimpulkan penggandaan penduduk terus menerus meningkat dengan jangka waktu yang pendek.


C. Faktor-faktor Demografi Yang Mempengaruhi Pertambahan Penduduk

Pertambahan penduduk pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor – faktor demografi sebagai berikut:

1. Kematian
Kematian adalah hilangnya tanda-tanda kehidupan manusia secara permanen. Kematian bersifat mengurangi jumlah penduduk.

2. Kelahiran
Kelahiran bersifat menambah jumlah penduduk.

3. Migrasi
Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari tempat yang satu ke tempat lain. Dalam mobilitas penduduk terdapat migrasi internasional yang merupakan perpindahan penduduk yang melewati batas suatu negara ke negara lain dan juga migrasi internal yang merupakan perpindahan penduduk yang berkutat pada sekitar wilayah satu negara saja.

Untuk banyak negara ,termasuk indonesia,pertumbuhan penduduk di tentukan oleh kelahiran dan kematian,karena mingrasi masuk dan migrasi keluar terlalu kecil sehingga bisa diabaikan,



D. Rumusan Tingkat Kematian Kasar




E. Rumusan Tingkat Kematian Khusus




F. Angka Kelahiran

Angka kelahiran adalah angka yang menunjukkan bayi yang lahir dari setiap 1000 penduduk per tahun. Angka kelahiran bayi dapat dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu:
  • Angka kelahiran dikatakan tinggi jika angka kelahiran > 30 per tahun.
  • Angka kelahiran dikatakan sedang jika angka kelahiran 20-30 per tahun.
  • Angka kelahiran dikatakan rendah jika angka kelahiran < 20 per tahun.





G. Pengertian Migrasi

Adalah perpindahan penduduk yang melintasi batas administrasi misal kelurahan, kabupaten, kota, negara. Teori migrasi :

1. Teori gravitasi oleh Revenstein, hukum-hukumnya adalah:
  • Semakin jauh jarak, semakin berkurang volume migran
  • Setiap arus migran yang benar akan menimbulkan arus baliksebagai gantinya.
  • Perbedaan desa dengan kota yang menyebabkan timbulnya migrasi
  • Wanita cenderung bermigrasi ke daerah-daerah yang dekat letaknya
  • Kemajuan teknologi akan mengakibatkan intensitas migrasi
  • Motif utama migrasi adalah ekonomi




2. Teori dorong tarik (push-pull theory) oleh Everret S. Lee-1966, mengemukakan 4 faktor yang
berpengaruh pada seseorang untuk bermigrasi
  • Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal
  • Faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan
  • Faktor-faktor rintangan
  • Faktor pribadi





H. Macam-macam Migrasi
Berikut adalah macam-macam migrasi :
  • Emigrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain.
  • Imigrasi adalah masuknya penduduk ke dalam suatu daerah negara
  • tertentu.
  • Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota.
  • Transmigrasi adalah perpindahan penduduk antarpulau dalam suatu negara.
  • Remigrasi adalah kembalinya penduduk ke negara asal setelah beberapa lama berada di negara orang lain.





I. Proses Migrasi

Proses Migrasi Penduduk dari Asal ke Daerah Tujuan :
  • Dalam memilih daerah tujuan para imigran cenderung memilih daerah yang terdekat dengan daerah asal
  • Kurangnya kesempatan kerja didaerah asal dan adanya kesempatan kerja didaerah tujuan merupakan salah satu alasan seseorang melakukan mobilitas penduduk
  • Informasi yang positif dari sanak saudara, kerabat tentang daerah tujuan, merupakan sumber informasi yang penting dalam pengambilan keputusan seseorang untuk berimigrasi
  • Informasi yang negatif yang dating ari daerah tujuan, menyebabkan orang enggan untuk berimigrasi
  • Makin besar pengaruh daerah perkotaan terhadap seseorang, makin tinggi frekuensi mobilitas orang tersebut  
  • Makin tinggi pendapatan seseorang, makin tinggi frekuensi mobilitas orang tersebut
  • Seseorang akan memilih daerah tujuan dimana terdapat sanak saudara atau kenalan yang berada didaerah tersebut
  • Migrasi masih akan terjadi apabila di suatu daerah ada bencana alam (banjir, gempa bumi dll)
  • Orang yang berumur muda dan belum berumah tangga lebih banyak mengadakan mobilitas daripada orang yang sudah berusia lanjut dan berstatus kawin
  • Makin tinggi pendidikan seseorang, makin banyak melaksanakan mobilitas penduduk





J. Akibat Yang Disebabkan Migrasi

Berikut ini adalah akibat yang disebabkan oleh migrasi :

1. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Bidang Ekonomi

Dampak kepadatan penduduk terhadap ekonomi adalah pendapatan per kapita berkurang sehingga daya beli masyarakat menurun. Hal ini juga menyebabkan kemampuan menabung masyarakat menurun sehingga dana untuk pembangunan negara berkurang. Ak ibatnya, lapangan kerja menjadi berkurang dan pengangguran makin meningkat.


2. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Bidang Sosial

Jika lapangan pekerjaan berkurang, maka pengangguran akan men ingkat. Hal ini akan meningkatkan kejahatan. Selain itu, terjadinya urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota untuk mendapatkan pekerjaan yang layak makin meningkatkan penduduk kota. Hal ini berdampak pada lingkungan dan kesehatan masyarakat.


3. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Lingkungan

Jumlah penduduk yang makin meningkat menyebabkan kebutuhannya makin meningkat pula. Hal ini berdampak negatif pada lingkungan, yaitu:
Pencemaran Lingkungan. Pencemaran atau polusi adalah penambahan segala substansi ke lingkungan akibat aktivitas manusia.



K. Tiga Jenis Struktur Penduduk

Jumlah Penduduk : Urbanisasi, Reurbanisasi, Emigrasi, Imigrasi, Remigrasi, Transmigrasi.
Persebaran Penduduk : Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk disuatu wilayah dibandingkan dengan luas wilayahnya yang dihitung jiwa per km kuadrat.
Komposisi Penduduk : Merupakan sebuah mata statistik dari statistik kependudukan yang membagi dan membahas masalah kependudukan dari segi umur dan jenis kelamin.



L. Bentuk Piramida Penduduk


a. Piramida penduduk muda berbentuk limas

Piramida ini menggambarkan jumlah penduduk usia muda lebih besar dibanding usia dewasa. Jumlah angka kelahiran lebih besar daripada jumlah kematian.

Contoh Negara: India, Brazilia, Indonesia.


b. Piramida penduduk stasioner atau tetap berbentuk granat

Bentuk ini menggambarkan jumlah penduduk usia muda seimbang dengan usia dewasa. Tingkat kematian rendah dan tingkat kelahiran tidak begitu tinggi.

Contoh Negara : Swedia, Belanda, Skandinavia.


c. Piramida penduduk tua berbentuk batu nisan

Piramida bentuk ini menunjukkan jumlah penduduk usia muda lebih sedikit bila dibandingkan dengan usia dewasa. Jika angka kelahiran jenis pria besar, maka suatu negara bisa kekurangan penduduk.

Contoh Negara : Jerman, Inggris, Belgia, Prancis.


M. Rasio Ketergantungan

Rasio Ketergantungan adalah perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun. Rasio ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni Rasio Ketergantungan Muda dan Rasio Ketergantungan Tua. Rasio ketergantungan dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Semakin tingginya persentase rasio ketergantungan menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.








Pertumbuhan dan Perkembangan Kebudayaan Dan Kepribadian di Indonesia


Kata kebudayaan berasal dari kata sanskerta buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal (Ihsan, 2010:245). Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal.

Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau melalui benda-benda artefak. Dari hasil penelitian para ahli arkeologi, maka tabir kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia dapat diketahui. Berdasarkan penggalian arkeologi maka prasejarah dapat dibagi menjadi 2 zaman yaitu, zaman batu dan zaman logam.


A. Zaman Batu

Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman, antara lain:


a. Zaman Batu Tua

Zaman batu tua (palaeolitikum) disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya, periode ini disebut masa food gathering (mengumpulkan makanan), manusianya masih hidup secara nomaden (berpindah-pindah) dan belum tahu bercocok tanam.

Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:

- Kebudayaan Pacitan (Pithecanthropus)
- Kebudayaan Ngandong, Blora (Homo Wajakinensis dan Homo Soloensis)

Alat-alat yang dihasilkan antara lain: kapak genggam/perimbas (golongan chopper/pemotong), Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa dan Flakes dari batu Chalcedon (untuk mengupas makanan)



b. Zaman Batu Tengah

1. Ciri zaman Mesolithikum:
  • Nomaden dan masih melakukan food gathering (mengumpulkan makanan)
  • Alat-alat yang dihasilkan nyaris sama dengan zaman palaeolithikum yakni masih merupakan alat-alat batu kasar.
  • Ditemukannya bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang disebut Kjoken Mondinger (sampah dapur)
  • Alat-alat zaman mesolithikum antara lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak pendek (hache Courte) Pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari batu kali yang dibelah.
  • Alat-alat diatas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Flores.
  • Alat-alat kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa Timur yang disebut Abris Sous Roche antara lain: Flakes (Alat serpih),ujung mata panah, pipisan, kapak persegi dan alat-alat dari tulang.




2. Tiga bagian penting kebudayaan Mesolithikum:
  • Pebble-Culture (alat kebudayaan kapak genggam dari Kjoken Mondinger)
  • Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang)
  • Flakes Culture (kebudayaan alat serpih dari Abris Saus Roche)




3. Manusia pendukung kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa Papua—Melanosoid




c. Zaman Batu Muda

Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) adalah alat-alat batu buatan manusia sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan antara lain:

Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,
Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa,
Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,
Pakaian dari kulit kayu
Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda)
Manusia pendukung Neolithikum adalah Austronesia (Austria), Austro-Asia (Khamer-Indocina)



a. Zaman Batu Besar

Zaman ini disebut juga sebagai zaman megalithikum. Hasil kebudayaan Megalithikum, antara lain:

Menhir: tugu batu yang dibangun untuk pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang.
Dolmen: meja batu tempat meletakkan sesaji untuk upacara pemujaan roh nenek moyang,
Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung bertutup)
Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat
Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu besar yang dapat dibuka-tutup
Arca/patung batu: simbol untuk mengungkapkan kepercayaan mereka



B. Zaman Logam

Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas:



a. Zaman Perunggu

Pada zaman perunggu atau yang disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tonkin Cina (pusat kebudayaan) ini manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.

Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain :

Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irian
Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin. Ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Leti
Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.
Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat)



b. Zaman Besi

Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.

Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain:
  • Mata Kapak bertungkai kayu
  • Mata Pisau
  • Mata Sabit
  • Mata Pedang
  • Cangkul



Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)


Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah.

Antara zaman neolitikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalitikum, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalitikum justru pada zaman logam.





Kebudayaan Hindu, Budha dan Islam

A. Kebudayaan Hindu & Budha

Berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun dengan yang lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur tengah, di Indonesia pun mulai berkembang kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha. Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal tarikh Masehi (sekitar abad ke 2 sampai abad ke 4), dibawa oleh para musafir dari India antara lain Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahyien.

Agama Budha sendiri mulai masuk ke Indonesia pada sekitar abad ke-5. Agama Budha sendiri dikemudian hari berkembang lebih pesat, dikarenakan dalam agama Budha tidak menghendaki adanya kasta-kasta dalam masyarakat.

Kedua agama tersebut tumbuh dan berkembang secara berdampingan secara damai. Kebudayaan Hindu dan Budha beralkulturasi dengan kebudayaan asli Indonesia yang sebelumnya telah ada. Masa kedua agama tersebut ditandai dengan munculnya banyak kerajaan-kerajaan di Nusantara. Berikut adalah daftar kerajaan-kerajaan Hindu-Budha yang ada di Nusantara :

Kerajaan Hindu/Buddha di Kalimantan : Kerajaan Kutai
Kerajaan Hindu/Buddha di Jawa : Kerajaan Salakanagara (150-362), Kerajaan Tarumanegara (358-669), Kerajaan Sunda Galuh (669-1482), Kerajaan Kalingga, Kerajaan Mataram Hindu, Kerajaan Kadiri (1042 - 1222), Kerajaan Singasari (1222-1292), Kerajaan Majapahit (1292-1527).
Kerajaan Hindu/Buddha di Sumatra : Kerajaan Malayu Dharmasraya, Kerajaan Sriwijaya.

Baik penganut agama Budha dan Hindu sama-sama melahirkan karya-karya budaya yang bernilai tinggi dalam seni bangunan/arsitektur, seni pahat, seni ukir maupun seni sastra, seperti tercermin dalam bangunan/arsitektur, relief-relief yang dibuat dalam dalam candi-candi di Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Candi-candi yang dimaksud diantaranya : Borobudur, Mendut, Prambanan, Kalasan (Jawa Tengah), Badut, Kidal, Jago, Singosari (Jawa Timur). Candi Borobudur sendiri adalah candi terbesar dan termegah di Asia Tenggara.




B. Kebudayaan Islam

Pada abad ke 11, diperkirakan agama Islam telah masuk ke Indonesia, khususnya daerah Jawa dan Sumatra. Hal ini ditandai dengan ditemukannya makam dari seorang wanita islam di kota Gresik. Islam sendiri masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan, di bawa oleh para saudagar-saudagar yang berasal dari Timur Tengah. Karena Islam masuk dengan damai tanpa adanya pemaksaan, Islam pun dengan cepat dapat berkembang di Indonesia.

Bersamaan dengan makin surutnya kejayaan Majapahit di Nusantara pada abad ke-15, muncullah kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Kerajaan-kerajaan yang dimaksud adalah kerajaan Malaka di Semenanjung Malaka, kerajaan Aceh di Ujung Pulau Sumatera, kerajaan Banten di Jawa Barat, kerajaan Demak dipesisir Utara pulau Jawa Tengah.

Persebaran Islam di Indonesia, khususnya di jawa sebagian besar dilakukan oleh wali songo. "Walisongo" berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid.

Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.

Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

Sekarang agama islam telah menjadi agama terbesar di Indonesia, dengan persentase sekitar 90% warga Indonesia memeluk agama Islam. Bahkan Indonesia sekarang adalah negara dengan jumlah pemeluk agama Islam di dunia. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa kebudayaan islam adalah pemberi saham yang besar dalam perkembangan kebudayaan dan kepribadian bangsa.



Kebudayaan Barat

Unsur kebudayaan barat juga memberi warna terhadap corak lain dari kebudayaan dan kepribadian bangsa Indonesia adalah kebudayaan Barat. Masuknya budaya Barat ke Negara Republik Indonesia ketika kaum kolonialis atau penjajah masuk ke Indonesia, terutama bangsa Belanda. Penguasaan dan kekuasaan perusahaan dagang Belanda (VOC) dan berlanjut dengan pemerintahan kolonialis Belanda, di kota-kota propinsi, kabupaten muncul bangunan-bangunan dengan bergaya arsitektur Barat. Dalam waktu yang sama, dikota-kota pusat pemarintahan, terutama di Jawa, Sulawesi Utara, dan Maluku berkembang dua lapisan sosial ; Lapisan sosial yang terdiri dari kaum buruh, dan kaum pegawai.

Sehubungan dengan itu penjelasan UUD’45 memberikan rumusan tentang kebudayaan memberikan rumusan tentang kebudayaaan bangsa Indonesia adalah: kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi rakyat Indonesia seluruhnya, termasuk kebudayaan lama dan asli yang ada sebagai puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia. Dalam penjelasan UUD’45 ditujukan ke arah mana kebudayaan itu diarahkan, yaitu menuju kearah kemajuan budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan baru kebudayaan asing yang dapat mengembangkan kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia



Pendapat Saya

Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk di Dunia sebaiknya diikuti dengan meningkatnya kesejahteraan dan ekonomi masyarakatnya. Tentunya salah satu cara untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan adalah pengendalian dari pertumbuhan penduduk tersebut. Banyak cara yang bisa dilakukan, mulai dari program keluarga berencana, sampai dengan transmigrasi. Kebijakan pengaturan transmigrasi pun sebaiknya diatur sedemikian rupa agar lebih menarik minat para transmigran, baik dari segi keamanan dan keamanan daerah tujuan dan peluang lapangan kerja yang menjanjikan. Dengan kebijakan pemerataan penduduk yang dipersiapkan dan diatur dengan baik, tentunya berpotensi meningkatkan kesejahteraan warga negara tersebut. Daerah sepi penduduk yang awalnya tidak terlihat potensi ekonominya, setelah transmigrasi yang baik diterapkan, kemungkinan akan memberikan dampak positif baik bagi penduduk daerah tersebut maupun bagi negara, baik dari segi ekonomi, kesejahteraan dan sebagainya.

Penduduk yang beragam tentunya juga membawa budaya yang beragam. Budaya Indonesia yang sangat beragam tentunya menjadi harta non materi yang tidak bisa diukur harganya. dengan mempelajari kebudayaan-kebudayaan di Indonesia, diharapkan agar warga negara indonesia khususnya mahasiswa lebih mencintai dan lebih peduli untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang menjadi harta Bangsa Indonesia.




refrensi:



Nama : Ardian Pramana
NPM : 11113244
Kelas : 1KA07



No comments:

Post a Comment